Bogor Barat,
Operator Sekolah…belakangan ini sedang menjadi sesuatu banget
bak selebriti di sekolah-sekolah utamanya di tingkat pendidikan dasar sd
dan smp, ketika diberlakukan yang disebut sebagai Pendataan Dikdas atau
sering disebut Dapodik (Data Pokok Pendidikan). Ketika di lini
pendidikan dasar mulai menerapkan serba online :D kesan yang ditangkap
adalah gagap teknologi terutama di lingkungan sekolah dasar…ketika
tuntutan peningkatan kompetensi sesuai dengan harapan karena adanya
tunjangan profesi tampak para guru bersertifikasi dengan rata-rata usian
diatas 50 taun kurang bisa mengantisipasi budaya yang sebenarnya sudah
baru lagi yaitu budaya ONLINE. Penguasaan IT yang lemah pada akhirnya
memaksa Operator Sekolah untuk menyelesaikan tugas-tugas meng-online-kan
data-data guru.
Sebenarnya seandainya para guru lebih melek IT tentu akan meringankan
tugas OP setidaknya mereka tahu prosesnya, bisa memahami ketika data
sudah dientri dan masih dalam proses tidak ribut karena datanya belum
valid dan belum ditetapkan SK pencairan tunjangan.
Alhasil begitu kompleksnya permasalahan dalam Dapodik ini, diawali dari
sosialisasi yang begitu minim, setidaknya itulah yang disakan penulis
yang juga sebagai operator sekolah. ketika sosialisasi di tingkat dinas
hanya sekelebatan mata dan lebih pada pelatihan instalasi aplikasi.
Kedua sosialisasi kepada guru disekolah juga sangat minim, sehingga
banyak yang baru tahu tentang Dapodik ketika tunjangan profesi mereka
belum tercairkan. Yang ketiga yang dirasakan penulis adalah kurang
siapnya server pusat mengantisipasi lonjakan akses ke server dari
seluruh operator se Indonesia, akibatnya terjadi bottle neck dan server
down dan pada akhirnya menjadikan operator tiap malam harus begadang
sampai pagi hanya untuk mencoba akses ke server pusat, dan ketika siang
menjelang sudah ditodong guru di sekolah dengan pertanyaan “SK saya
sudah turun belum?”
Ada yang terlupakan, ketika para operator berjibaku memproses data guru
disekolahnya, yaitu kesejahteraan mereka. Memang ada pembiayaan sesuai
juknisnya tetapi itu hanya pada awal entry di awal tahun pelajaran,
tetapi untuk ketugasan yang sebenarnya buka tugas pokok sesuai
tupoksinya ini, dengan rata-rata kebanyakan operator sekolah adalah staf
tata usaha atau guru honorer di sekolah, tidak ada aturan jelas
mengenai hal ini dan cenderung diserahkan kepada kebijakan masing-masing
sekolah yang belum tentu semua bijak ^_^. Sehingga kebanyakan operator
mengeluh mereka harus mengeluarkan dana ekstra dan diluar jam kerja
untuk mengurusi pendataan ini, dengan status honorer yang berupah
“padamu negeri” tentulah guru memberatkan apalagi dalam pendataan ini
lebih mengkover kepada guru karena memang tidak/belum ada tunjangan
untuk non guru.
Ditambah lagi sebentar lagi ada proses update NUPTK yang akan segera
dilaunching yang melalui proses entri online lagi tentulah tugas
operator akan semakin bertambah, bebrapa rekan operator sudah
mengeluhkan hal ini, “Pasti besuk guru-guru juga pasrah sama op juga
nih” kata mereka, seakan-akan kata ONLINE menjadi momok bagi mereka.
Penulis sadar, pendataan dapodik ini bertujuan mulia dan sangat bagus
sekali, dan tidak hanya sekedar masalah tunjangan saja, penulis juga
mendukung berlanjutnya proses pendataan ini, tetapi sebaiknya juga
diperhatikan juga nasib para operator seperti kami ini, ketika kami cuma
bisa menucapkan selamat bapak selamat ibu tunjangan profesi bapak ibu
agar segera dicairkan dan dinikmati, sesuatu yang tidak pernah kami
rasakan…lebih lagi banyak yang lupa berterima kasih pada para operator
ketika mereka sudah menikmati tunjangan mereka sudah tercairkan.
Demikian sekelumit uneg-uneg pemulis, sekedar “ngudar rasa” mewakili
rekan seperjuangan, mohon maaf tidak ada maksud menjelekkan pihak lain
hanya sekedar beropini di posting pertama penulis, trima kasih.
Salam Pendidikan
No comments:
Post a Comment
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter